
SURABAYA,— Di balik kesibukannya mengaji kitab kuning dan mengikuti rutinitas pesantren, Yunita Hikmatal Karimah tetap menyimpan mimpi lain: mahir berbahasa Inggris. Mahasantri semester VII Ma’had Aly Al Fithrah Surabaya itu membuktikan kesungguhannya dengan meraih medali bronze dalam Olimpiade Siswa Berprestasi Nasional (OSBN) 2025 cabang Lomba Bahasa Inggris tingkat mahasiswa, yang diselenggarakan Lembaga Prestige pada Minggu (28/9/2025).
Prestasi tersebut diumumkan secara resmi melalui laman panitia OSBN 2025. Bagi Yunita, raihan ini bukan sekadar medali, melainkan hasil dari perjalanan panjang, latihan tanpa henti, dan keberanian untuk menantang stigma bahwa santri hanya bisa belajar kitab klasik.
“Saya mengikuti lomba ini karena menyenangkan sekaligus menantang. Dari sini saya bisa mengukur seberapa jauh penguasaan bahasa Inggris yang saya miliki,” tutur Yunita, Rabu (1/10/2025).
Tak mudah bagi Yunita menyeimbangkan waktu antara padatnya jadwal pesantren dengan persiapan lomba. Pagi hingga sore ia bergelut dengan banyak pelajaran di perkuliahan. Malamnya, ia menyisihkan waktu untuk memperdalam kosa kata, memahami struktur kalimat, hingga berlatih reading comprehension.
“Kadang harus rela mengurangi waktu istirahat. Tapi saya percaya, kalau ada kemauan, pasti ada jalan,” katanya sembari tersenyum.
Kerja keras itu terbayar saat ia tampil di ajang lomba nasional. Lomba dibagi ke dalam dua sesi utama: reading comprehension serta grammar. Soal-soal yang diberikan menuntut ketelitian dan kemampuan berpikir kritis. Para peserta ditantang menguasai materi mulai dari present perfect continuous, past perfect continuous, future perfect, conjunctions, hingga synonyms dan proverbs.
Mudir Ma’had Aly Al Fithrah, Ustaz Abdullah, mengaku bangga atas pencapaian Yunita. Ia menilai prestasi ini menjadi bukti bahwa pesantren mampu melahirkan generasi yang tidak hanya kuat dalam keilmuan agama, tetapi juga siap berkompetisi di bidang akademik modern.
“Perlombaan ini adalah awal bagi mahasantri untuk mengasah potensi diri. Yunita membuktikan bahwa pesantren bisa melahirkan santri yang berdaya saing, baik di tingkat nasional maupun internasional,” ujar Ustaz Abdullah.
Ia menambahkan, prestasi Yunita sekaligus menepis anggapan bahwa Ma’had Aly hanya berkutat pada kajian kitab kuning.
“Justru kami ingin menunjukkan bahwa pergurusn tinggi pesantren mampu beradaptasi, menyiapkan lulusan yang menguasai ilmu agama sekaligus bahasa asing. Ini adalah modal penting menuju Ma’had Aly go internasional,” katanya.
Capaian medali bronze ini bagi Yunita hanyalah permulaan. Ia menganggapnya sebagai latihan mental sebelum menapaki jenjang kompetisi berikutnya.
“Saya ingin terus berlatih agar lebih percaya diri bersaing dengan mahasiswa dari kampus lain,” ujarnya.
Semangat itu pula yang ingin ditularkan Ustaz Abdullah kepada seluruh mahasantri. Ia berharap prestasi Yunita menjadi pemicu agar para santri lain tidak minder.
“Santri harus percaya diri. Jangan merasa kalah dengan mahasiswa dari perguruan tinggi umum. Nyatanya, santri mampu bersaing,” katanya.
Bagi Yunita, bahasa Inggris bukan hanya keterampilan, tetapi juga jendela menuju dunia yang lebih luas. Ia bermimpi suatu saat bisa melanjutkan studi di luar negeri dan membawa pengalaman berharga kembali ke pesantren.
“Bahasa adalah pintu. Kalau kita bisa menguasai bahasa internasional, kita bisa berdialog dengan dunia dan membawa nama baik pesantren,” ujarnya penuh optimisme.
Keberhasilan Yunita seakan membuka jalan baru bagi Ma’had Aly Al Fithrah dan pesantren pada umumnya. Dari balik tembok pesantren yang kerap dianggap hanya memproduksi ulama, lahir generasi muda yang mampu tampil di ajang akademik nasional. Prestasi ini membuktikan, pesantren bukan hanya benteng tradisi, tetapi juga ladang lahirnya inovasi.