4 Juli 2019, melalui fanpage Lakpesdam PBNU, Bapak Rumaidi Ahmad, selaku ketua di dalamnya, menyatakan “Pentingnya pengkaderan ulama” mulai saat ini. Ungkapan ini tertulis sebagai laporan yang sah ketika berbincang dengan salah satu jurnalis dari blog Times Indonesia. Tak ayal, tidak lama dari itu, pada 16 Juli 2019, lembaga kajian dan pengembangan sumber daya manusia-pengurus besar Nahdlatul Ulama (LAKPESDAM-PBNU) ini, melalui halaman Facebook dan Instagramnya, mengundang 40 Mahasantri-Mahasantriwati dari seluruh Ma’had Aly yang tersebar di seluruh Nusantara.
Sebagaimana lazimnya, karena jumlah Mahasantri-Mahsantriwati di Indonesia tidak hanya berjumlah 40 orang, maka Lakpesdam PBNU memilih-menentukan siapa yang harus menjadi bagian dari 40 kepala yang dimaksud melalui sayembara essai. Kompetisi ini dimulai sejak tanggal 11-28 Juli 2019. Selanjutnya, pada tanggal 29 Juli, panitia mulai melakukan seleksi pada naskah-naskah yang masuk. Dalam jangka 24 jam, pihak panitia sudah menentukan nama-nama peserta di dalamnya. Untuk kemudian diundang sebagai peserta pendidikan pengembangan wawasan keulamaan (PPWK) pada tanggal 4-7 Agustus 2019, di Lembaga Bina Santri Mandiri (LBSM) – Jl Parung Hijau, Bogor, Jawa Barat.
Berikut nama-nama peserta yang lulus seleksi, dan mendapat undangan untuk menghadiri dan menjadi peserta PPWK melalui blog LAKPESDAM-PBNU:
NO
PESERTA LULUS SELEKSI
NAMA MAHAD ALY
1
Niswatul Hasanah
Mahad Aly Al-Fithrah Surabaya
2
Lifa Ainur Rahmah
Mahad Aly Al-Fithrah Surabaya
3
Ainul Yaqin
Mahad Aly Al-Fithrah Surabaya
4
Muhammad Fikriansyah
Mahad Aly Madarijul Ulum Lampung
5
Babun Najib
Mahad Aly Nurul Qadim Probolinggo
6
Muhammad Syarofi
Mahad Aly Darus salam Martapura
7
Hilyatul Aulia
Mahad Aly Kebon Jambu Cirebon
8
Muhamad Ridwan
Mahad Aly Kebon Jambu Cirebon
9
Sadzali Alfinnuha
Mahad Aly TBS Kudus
10
Muhammad Iqbal Arrosyid
Mahad Aly Ma’had Aly Maslakul Huda Pati
11
Muhammad Khalidin
Mahad Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga Aceh
12
Muhammad Abrar
Mahad Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga Aceh
13
Umar Faruq
Mahad Aly Al-Hasaniyah Tuban
14
Ahmad Masbukhin Atim
Ma’had Aly Iqna’ Ath-Thalibin PP. Al-Anwar
Saran
15
Reza Dzulqarnain Hamid
Mahad aly Balekambang Jepara
16
Muhammad Fajar Ma’arif
Mahad aly Balekambang Jepara
17
Ilma Nafia Sidika Damayanti
Mahad Aly Idrisiyah Tasikmalaya
18
Rabiatul Adawiyah
Mahad Aly Idrisiyah Tasikmalaya
19
Dana iswari maghfiroh
Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang
20
Jailani
Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang
21
Puput Lestari
Mahad Aly Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta
22
Rosyida Indah Mawarni
Mahad Aly Krapyak Yogyakarta
23
Muhammad Fajrul Falah FA.
Mahad Aly Lirboyo Kediri
24
Nasikhun Amin
Mahad Aly Lirboyo Kediri
25
Ilham Majid
Mahad Aly Al-Tarmasi Pacitan
26
Zainul Muslimin
Mahad Aly Al-Tarmasi Pacitan
27
Niam Al Muzzaki
Mahad Aly Al-Hikamus Salafiyah Babakan
Cirebon
28
Ahmad Setiawan
Mahad Aly Al-Hikamus Salafiyah Babakan
Cirebon
29
Iin Parninsih
Mahad Aly As’adiyah Sengkang Wajo
30
Abd Haris
Mahad Aly As’adiyah Sengkang Wajo
31
Syafria Elfiana
Mahad Aly Thawalib Parabek Bukittinggi
32
Adam Ilyasin
Mahad Aly Miftahul Huda Manonjaya
33
Izzatul Laili
Mahad Aly Sa’iidusshiddiqiyah Jakarta
34
Baqiyatus Solikhah
Mahad Aly Sa’iidusshiddiqiyah Jakarta
35
Fina lailatul masruroh
Mahad Aly Salafiyah Syafi’iyah Situbondo
36
Siti Rohmah
Mahad Aly Salafiyah Syafi’iyah Situbondo
37
Muhammad Ahdanal Khalim
Mahad Aly Salafiyah Syafi’iyah Situbondo
38
M. Shofian
Mahad Aly Darussalam Martapura
39
Najimuddin
Mahad Aly Darul Munawwarah Pidie Jaya Aceh
40
Ginanjar Wisnu Kawirian Hidayat
Mahad Aly Al-Halimy NTB
Seperti namanya, yakni kajian, 40 Mahasantri ini diundang untuk mengkaji isu-isu strategis yang memiliki implikasi sosial secara langsung bagi bangsa. Pada lampiran jadwal (kajian) yang disuguhkan panitia, pihak terkait memberikan waktu check in mulai dari pukul 08.00-14.00. dan dilanjut dengan acara pembukaan pada pukul 14.00-16.00. Tapi sebagaimana diketahui oleh banyak kalangan, Mati listrik melanda Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, serta Bekasi (Jabodetabek) dan sekitarnya. Lembaga Bina Santri Mandiri (LBSM) juga terkena dampaknya. Karenanya, pembukaan diundur-dilaksanakan setelah menunaikan sholat maghrib berjamaah. Acara ini dibuka dengan latar dan keadaan yang cukup dramatis. Tidak ada sorot lampu, hanya ada cahaya lilin yang melingkar dan menjadi penerang satu-satunya, menciptakan percik cahaya tamaram di setiap pasang wajah peserta, dan panitia yang turut andil meramaikan pembukaan acara.
Acara ini dibuka dengan sambutan ketua LAKPESDAM, Dr. H Rumaidi Ahmad, MA, dimonitori oleh sekretarisnya, H. Marzuki Wahid, M.Ag, yang kemudian dipungkasi oleh Dr, KH. Ahmad Ishomuddin, (Rois Syuriah PBNU). Dalam pembukaannya, Beliau (Kyai Ishom) memprovokasi pemahaman 40 anak adam yang ada di hadapan beliau, memicu semangat mereka untuk tidak berhenti belajar. Dan tentu saja tidak puas dengan satu pengalaman. “Sekarang bukan waktunya bagi kita untuk diam saja. Kalau kita memakai prinsip yang waras ngalah, bisa jadi yang jadi imam (sholat) di masjid adalah orang gila.” Tandas Beliau. Semua peserta mengangguk-angguk, menegakkan punggungnya, siap mengais habis materi yang akan disampaikan oleh pakarnya.
Tidak berhenti di sana, pembukaan acara malam itu, sebagaimana disampaikan KH. Marzuki Wahid, bahwa forum yang akan berlangsung selama empat hari itu bukan forum milik panitia saja, tapi juga menjadi forum bagi seluruh peserta. Karenanya, yang harus membuka mulut pada pembukaan, dan selama forum diskusi dilangsungkan, bukan hanya panitia atau pemateri, peserta juga harus andil di dalamnya. Dengan cara yang sederhana, di tengah cahaya tamaram lilin dan suara alam yang terasa lebih (keras) mendenging, 40 peserta harus memperkenalkan nama temannya yang sudah terpetak-petak dalam beberapa kelompok. Di forum itu, semua orang yang terlibat, diperkenalkan, berbincang, saling lempar cerita, bertukar pemahaman, merekonsiliasikan perbedaan, dan tentu saja sama-sama tertawa dan menertawakan.
Kesan yang paling kuat di forum ini bukan saja mendapat pengalaman, teman, dan wawasan baru, tapi juga bisa bertemu dengan orang-orang hebat dalam bidangnya. Di antaranya, ada Buya Husein Muhammad dengan tema “Kontekstualisasi Kitab Kuning dan Tantangan Kontemporer”, materi ini cukup membuat panas (peserta)setelah KH. Imam Nakha’i mengulas materinya dalam tema “Ushul Fiqh Sebagai Instrument Analisis Sosial.” Dalam forum ini, peserta tidak hanya mengkaji ilmu agama, tapi (juga) mengkaji perkembangan alam (Roy Murtadho: Islam dan kerusakan alam), kebangsaan (KH. Rumaidi Ahmad:Islam, Demokrasi, HAM, dan NKRI), juga politik di dalamnya, (Dr. Sholahudin: Islam dan Ekstrimisme; peta gerakan radikalisme dan geopolitik)Hal ini, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi peserta, sebab, seperti yang telah disampaikan Kyai Ishom di hari kedua, “Problem terbesar kita adalah, kita harus mengkaji soal agama, alam, dan negara sekaligus. Untuk melakukan hal ini, tentu saja butuh keilmuan yang mendalam, dan pengalaman yang panjang.”
Pada tanggal 6 Agustus 2019, malam terakhir bagi para peserta di acara PPWK, baik peserta maupun panitia duduk melingkar di halaman depan mushola, membawa kado masing-masing untuk kemudian ditukarkan. Aturan main yang diberikan acak. Peserta dan panitia diminta meletakkan kado yang dibawanya ke depan, panitia menunjuk satu orang, dan orang tersebut menunjuk siapa yang akan ditunjuknya untuk kemudian memberikan kesan, menyanyi, berdakwah, atau melakukan apapun yang ingin dilakukan peserta. Sambil menunggu giliran ditunjuk, ada jagung bakar manis yang menghangatkan dan menambah kesan sebelum perpisahan. Dari semua kejadian yang coba (penulis) rangkum, masih banyak yang tidak bisa dinarasikan secara langsung. (Lifa Ainur Rohmah)